Di sisi lain, Perdana Menteri (PM) Thailand baru Paetongtarn Shinawatra, yang mulai menjabat bulan lalu, telah berjanji untuk segera menstimulasi perekonomian. Pemerintah mengatakan pada hari Senin bahwa mereka akan mendistribusikan 145 miliar baht (Rp 662 triliun) dari program stimulus 'dompet digital' bulan ini, lebih awal dari yang dijadwalkan, untuk mendukung kelompok rentan.
Sebelumnya peringatan soal krisis ekonomi Thailand sudah muncul sejak Agustus lalu. Ekspor menyumbang 70% dari ekonomi tetapi sektor manufaktur tidak dapat memenuhi permintaan pasar.
"Kita tidak dapat bersaing. Kita tidak dapat beradaptasi tepat waktu," ujar Pichai dalam sebuah seminar, dimuat Bangkok Post, kala itu.
Sebenarnya, ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara ini tumbuh 2,3% pada kuartal kedua (Q2) 2024 secara tahun ke tahun (yoy). Terjadi peningkatan pertumbuhan 1,6% dari kuartal sebelumnya.
Namun, secara kuartal ke kuartal (qtq), ekonomi Thailand melambat menjadi 0,8% pada Q2 ini. Padahal sebelumnya ada ekspansi 1,2% di Januari hingga Maret.
Kementerian Keuangan sendiri memprediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 2,7% untuk tahun 2024. Tahun lalu, pertumbuhan Thailand hanya 1,9%, tertinggal dari negara-negara tetangga.