Pemerintah dan bank sentral Thailand telah menyatakan kekhawatiran atas utang rumah tangga yang mencapai 16,4 triliun baht (Rp 7.457 triliun), atau 90,8% dari produk domestik bruto (PDB) pada akhir Maret 2024.
Ini merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara. Data Dana Moneter Internasional untuk tahun 2022 menunjukkan utang rumah tangga sebesar 66,9% dari PDB untuk Malaysia dan 48,6% untuk Singapura.
Di sisi lain, pemanfaatan rentenir ilegal marak di kalangan keluarga berpenghasilan rendah yang tidak dapat memperoleh pinjaman bank. Banyak orang terjebak oleh utang dengan suku bunga tinggi.
Federasi Industri Thailand telah memangkas target penjualan kendaraan domestiknya untuk tahun ini sebanyak 200.000 unit menjadi 550.000. Dikatakan bahwa utang rumah tangga yang tinggi dan aturan pinjaman yang lebih ketat telah memukul permintaan.
Sementara itu, Menteri Keuangan Pichai Chunhavajira mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk memperbaiki masalah utang. Ia mengatakan bank sentral harus membantu peminjam ritel, dan bahwa ia akan berbicara dengan bank tentang pemberian bantuan lebih lanjut kepada debitur.