SHARE

istimewa

Jajak pendapat pada 1-10 September dilakukan terhadap 500 perusahaan besar dan menengah non-keuangan Jepang, yang dilakukan untuk Reuters oleh Analysis. Sekitar 260 perusahaan menanggapi survei tersebut.

Dalam survei tersebut, tiga perempat perusahaan Jepang menyatakan mereka terkena dampak negatif dari pandemi sedangkan 11 persen terkena dampak positif. Hampir 60 persen menyatakan dampak buruk akan hilang pada tahun fiskal 2022. Sekitar 21 persen menyatakan hasil tersebut akan hilang dalam 12 bulan fiskal ini dan sisanya menyadarinya menghilang setelah tahun fiskal 2022.

Lebih lanjut mengaburkan prospek, setengah dari perusahaan Jepang menyatakan mereka telah dipengaruhi oleh kelangkaan chip di seluruh dunia, yang enam dari 10 perusahaan menyatakan kemungkinan akan diselesaikan 12 bulan fiskal berikutnya.

Sekitar 20 persen menyatakan kelangkaan chip telah mendorong atau akan memicu revisi turun pada produksi dan rencana penjualan kotor mereka pada tahun fiskal 2021.

“Penyebaran infeksi dan penguncian di Asia Tenggara telah meminimalkan elemen rantai pasokan,” tulis seorang supervisor pembuat peralatan. “Lockdown di Malaysia adalah elemen di balik kekurangan chip,” tulis seorang supervisor pembuat alat transportasi.

Ditanya aktivitas mana yang akan mereka perhatikan dalam sistem keuangan pascapandemi, banyak perusahaan menyatakan perubahan gaya hidup dan perilaku klien selain transformasi digital dan dekarbonisasi

Halaman :
Tags
SHARE