Zhou Fatao, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri NEV Guangdong, mengaitkan keberhasilan China dengan permintaan pasar dalam negeri yang kuat, rantai pasokan NEV yang komprehensif, dan terobosan signifikan dalam teknologi inti, yang memungkinkan produsen mobil untuk menyelaraskan kinerja kendaraan lebih dekat dengan kebutuhan konsumen.
"China telah memanfaatkan peluang bersejarah dari transformasi otomotif global," kata Zhou, seraya menambahkan bahwa perlambatan elektrifikasi kendaraan di UE dan AS tidak mengindikasikan penolakan terhadap transisi ini, melainkan lebih mencerminkan keengganan dalam berkompromi yang didorong oleh tekanan profitabilitas dan faktor lainnya.
Namun, Zhou menyatakan bahwa industri tersebut masih membutuhkan peningkatan jangka panjang, termasuk peningkatan inovasi teknologi serta penelitian dan pengembangan (litbang) di seluruh rantai nilai NEV, dan mengatasi tantangan dalam teknologi baterai padat (solid-state).
Pasar NEV yang berkembang pesat di China menjadi magnet bagi produsen mobil domestik dan internasional. Perusahaan seperti Tesla, Volkswagen, dan BMW telah memperkuat kehadiran mereka di China.
Seiring dengan upaya mengatasi perubahan iklim yang menjadi prioritas global, NEV memainkan peran penting dalam mengurangi emisi karbon di sektor transportasi. Menurut Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA), penjualan NEV global harus mencapai 45 juta unit pada 2030 untuk memenuhi target netralitas karbon.