SHARE

Ilustaras: Peserta FLS2N 2017 ABK Cabang Lomba Tari (Foto:Amir Fiqi/Carapandang.com)

CARAPANDANG.COM- Oleh Amir Fiqi, Wartawan dan Pemerhati Sosial

Indonesia tahun ini merayakan HUT ke-76. Ini merupakan usia yang cukup matang bagi perjalanan sebuah bangsa. Bahagia dan duka tidak pernah lepas dari perjalanannya.

Apa yang sudah dilalui bangsa ini  harus menjadi pelajaran yang berharga. Bangsa ini lahir dan hingga saat ini tetap berdiri kokoh karena masih terjalinnya rasa persatuan yang kuat antar anak bangsa.

Jika  menengok sejarah, kemerdekaan yang diproklamirkan Sukarno-Hatta tidak bisa terpisahkan dari peran kaum muda yang tidak pernah letih menggaungkan spirit persatuan. Karena mereka menyadari, jika perjuangan dilakukan parsial dan kedaerahan maka kemerdekaan yang dicita-citakan sangat sulit terwujud.

Berbekal dari kesadaran inilah seluruh kekuatan pemuda pada saat itu bersatu padu. Dan energi Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 dan peristiwa Sumpah Pemuda 20 Oktober 1928 menjadi pintu masuk menuju Indonesia merdeka.  Perjuangan nasional yang dilandasi persatuan yang kokoh tersebut membuahkan hasil yang gemilang, yaitu Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Mengobarkan Semangat Persatuan

Sejarah telah membuktikan, konflik antar anak bangsa bisa mengancam keberlangsungan bangsa. Cukup belajar dari dua kerajaan besar di wilayah nusantara,  Sriwijaya (abad ke-7) dan Majapahit (abad ke-14). Keduanya hancur bukan karena invansi dan serangan dari musuh luar, tapi akibat konflik yang terjadi di dalam negeri yang berlangsung berkepanjangan. Padahal sebelumnya kedua kerajaan tersebut pernah menjadi tempat tinggal yang harmonis dari berbagai ras, agama, etnis dan suku bangsa.

Memetik hikmah dari peristiwa sejarah tersebut, maka mengobarkan semangat persatuan bagi anak bangsa menjadi keniscayaan. Karena persatuan menjadi “roh” Indonesia. Jika persatuan itu hilang di hati rakyat  maka yang timbul konflik yang mengancam eksistensi bangsa ini.

Indonesia adalah bangsa yang besar dengan keanekaragaman sosial, budaya maupun agama. Hal ini bukanlah suatu yang kebetulan kerena Allah Swt telah memilih Indonesia sebagai wajah dunia. Tugas kita adalah menjaga amanah yang telah Tuhan titipkan. 

Keberagaman yang dimiliki bangsa ini merupakan potensi yang sangat luar biasa. Maka itu, keberagaman yang ada ini harus terus dipupuk dengan semangat gotong royong yang dibuktikan dengan semangat kedermawanan. Dan semangat tersebut masih terpatri kuat di benak rakyat Indonesia. Hal ini sudah dibuktikan secara ilmiah.

Charities Aid Foundation (CAF) mengembangkan sebuah model pengukuran kedermawanan yang dikenal dengan sebutan world giving index (WGI) atau indeks kedermawanan.  Dalam laporannya di 2018 dan 2021, Indonesia memiliki WGI paling tinggi di dunia dengan skor masing-masing 59% dan 69%. Artinya, masyarakat Indonesia paling dermawan di dunia saat ini. Dan kedermawanan ini semakin bertambah saat bangsa ini diterjang pandemi Covid-19. Semua elemen bangsa bersatu berperang melawan Covid-19. Sebut saja Muhammadiyah telah menyumbang sekitar Rp1 triliun untuk membantu penanganan pandemi Covid-19.

Kedermawaan ini menjadi modal penting bangsa ini dalam mengatasi permasalahan pembangunan nasional. Sebab kedermawanan merupakan bentuk perlindungan sosial yang dilakukan oleh masyarakat sendiri.  Masyarakat saling melindungi saat yang lainnya menghadapi risiko sosial ekonomi dalam hidupnya. Maka itu, semangat kedermawaan ini sangat membantu pemerintah.

Pemerintah tidak mungkin bekerja sendiri, peran seluruh elemen bangsa sangat dibutuhkan. Dengan menjaga persatuan maka bangsa ini akan mudah menghadapi segala permasalahannya. 

Tags
SHARE