SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Anda khususnya kaum adam tak disarankan menonton film porno (akrab disebut Blue Film/Film Blue) untuk tujuan apapun mengingat dampak buruk yang bisa dituai setelah melakukannya.

Dokter Spesialis Urologi Konsultan Andrologi Urologi dari Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), dr.Widi Atmoko, mengatakan film porno bisa menyebabkan efek ekspektasi tidak wajar.

"Porn is not real. Ini sedikit tidak baik untuk pria karena sebenarnya fungsi seksual sangat berkaitan dengan sistem saraf termasuk pola pikir. Seringnya, pornografi ini menyebabkan efek ekspektasi yang tidak wajar," kata dia dalam sebuah webinar kesehatan, Kamis (28/4/2022).

Menurut dokter yang juga berpraktik di RSUPN Ciptomangunkusumo itu, menonton film porno akan membuat pria memiliki standar yang tinggi sehingga nantinya sulit mencapai klimaks. Kondisi ini bisa berujung mengalami gangguan ejakulasi dan menurunnya hasrat seksual.

Hal serupa juga berlaku untuk masturbasi atau upaya memperoleh kepuasan seksual tanpa berhubungan intim. Widi mengatakan, masturbasi sama seperti menonton film porno bisa menurunkan hasrat seksual.

Di sisi lain, aktivitas menonton film porno juga bisa menganggu hubungan dengan pasangan. Sebuah studi dalam jurnal Neuropsychopharmacology pada tahun 2013 dan 2017 seperti dikutip dari Medical News Today, menemukan, pornografi menciptakan ekspektasi seks yang tidak realistis.

Di antara partisipan studi laki-laki, kebiasan menonton film porno dikaitkan dengan kepuasan seksual yang lebih sedikit. Menurut peneliti, mengakses pornografi relatif mudah, dan membutuhkan usaha yang jauh lebih sedikit daripada berinteraksi dengan pasangan.

Bagi sebagian orang, ini dapat berkontribusi pada siklus yang tidak sehat di mana pornografi menyebabkan masalah dalam suatu hubungan, membuat orang tersebut semakin bergantung pada pornografi untuk mencapai kepuasan seksual dan menghindari berhubungan intim.

Kendati begitu, film biru mungkin tidak masalah bagi pria yang secara alam bawah sadar masih bisa membedakan ekspektasi saat berhubungan seksual dengan pasangan dan adegan di dalam film.

"Tetapi, ada kalanya pria-pria memasang gaya sesuai film tetapi pada saat real dengan pasangan begini. Ini harus hati-hati karena ekspektasi berbeda," demikian ujar Widi.