Jepang sendiri telah mendapatkan prioritas dalam negosiasi tarif dengan pejabat tinggi pemerintahan Trump selama masa penangguhan 90 hari tersebut.
Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang, Ryosei Akazawa, dijadwalkan tiba di Washington akhir pekan ini untuk memulai negosiasi tarif secara menyeluruh dengan pemerintah AS.
Akazawa akan bertemu dengan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang ditunjuk sebagai negosiator utama dalam pembicaraan dengan Jepang. Ia dipastikan akan mengupayakan pengecualian tarif bagi produsen mobil Jepang.
Tahun lalu, Jepang mengekspor kendaraan senilai lebih dari 6 triliun yen (sekitar 42 miliar dolar AS atau sekitar Rp693 triliun) ke Amerika Serikat. Angka ini mencakup 28,3 persen dari total ekspor Jepang ke AS, menurut data perdagangan Jepang.
Dari sekitar 16 juta kendaraan baru yang terjual di AS pada tahun 2024, sekitar setengahnya merupakan impor. Dari 8 juta unit sisanya, lebih dari separuh diproduksi dengan suku cadang dari luar negeri, menurut data dari Gedung Putih.
Pejabat pemerintahan Trump menyatakan bahwa hanya sekitar 25 persen kendaraan dan komponennya yang benar-benar bisa dikategorikan sebagai produksi dalam negeri. Mereka mengeluhkan bahwa AS, yang dulunya dikenal sebagai kekuatan manufaktur, kini hanya menjadi tempat perakitan mobil.
Pada hari yang sama, Trump juga kembali memberi sinyal bahwa pemerintahannya sedang menyiapkan tarif baru atas produk semikonduktor dan farmasi, dengan alasan keamanan nasional.