Kremlin mengatakan Rusia menganggap senjata nuklir sebagai alat pencegahan dan bahwa tujuan dari teks yang diperbarui adalah untuk menjelaskan dengan jelas kepada musuh potensial bahwa pembalasan tidak dapat dihindari jika mereka menyerang Rusia.
"Agresi negara manapun dari koalisi militer (blok, uni) terhadap Federasi Rusia dan (atau) sekutunya dianggap sebagai agresi oleh koalisi (blok, uni) secara keseluruhan."
Aturan ini diketok setelah Presiden AS Joe Biden mengizinkan penggunaan rudal jarak jauh yang dipasok Washington ke Ukraina untuk menyerang di dalam Rusia. Secara teknis, rudal yang diizinkan untuk dipakai menyerang Rusia adalah Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat, atau ATACMS. Rudal ini dapat menempuh jarak sekitar 190 mil.
Putin mengatakan pada 12 September bahwa persetujuan Barat untuk langkah tersebut akan berarti keterlibatan langsung negara-negara NATO, AS, dan negara-negara Eropa dalam perang di Ukraina. Ini dikarenakan infrastruktur dan personel militer NATO harus dilibatkan dalam penargetan dan penembakan rudal.
"Pencegahan nuklir ditujukan untuk memastikan bahwa musuh potensial memahami keniscayaan pembalasan jika terjadi agresi terhadap Federasi Rusia dan/atau sekutunya," kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Saat ini, Rusia dan AS mengendalikan 88% hulu ledak nuklir dunia. Putin adalah pengambil keputusan utama Rusia terkait penggunaan persenjataan nuklir Rusia.