"Untuk bergerak lebih tinggi dari sini, kita perlu memiliki kejelasan lebih lanjut apakah akan ada penurunan suku bunga sebesar 25 (bps) atau 50 (bps), dan dengan dorongan dari data ketenagakerjaan, kita mungkin mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai hal itu," ujar analis UBS Giovanni Staunovo, kepada Reuters.
Keraguan investor membuat dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil US Treasury naik. Indeks dolar AS menguat ke 101,698 pada perdagangan kemarin atau posisi tertinggi sejak 19 Agustus 2024. Menguatnya indeks dolar mencerminkan banyaknya permintaan mata uang Greenback sehingga mata uang lain bisa tertekan.
Sementara itu, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun merangkak ke 3,91%. Ini adalah posisi tertinggi sejak 9 Agustus 2024. Kenaikan imbal hasil US Treasury bisa kembali menarik investor ke AS sehingga dana asing yang ada di Indonesia bisa balik ke AS.
Penguatan dolar AS dan imbal hasil US Treasury berdampak negatif ke emas. Pembelian emas dikonversi ke dolar sehingga kenaikan dolar AS membuat emas menjadi makin mahal untuk dibeli sehingga mengurangi pembelian.
Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.
Data ekonomi AS yang tertunda pada minggu ini mencakup survei ISM, lowongan pekerjaan JOLTS, ketenagakerjaan ADP, dan laporan penggajian nonpertanian.
Pasar secara umum memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuannya tanggal 17-18 September, yang pertama dalam siklus kebijakan ini.