Militer Israel telah berulang kali mendesak penduduk Gaza untuk pindah, dengan juru bicaranya, Avichay Adraee, mengatakan bahwa lebih dari 250.000 orang telah meninggalkan kota itu, seraya menggambarkan kota itu sebagai "zona tempur yang berbahaya."
Tetapi bagi banyak orang, pengungsian harus dibayar dengan harga yang begitu mahal.
Mohammed Omar (38), seorang ayah tiga orang anak, menghabiskan waktu 10 jam untuk mencapai wilayah Al-Masha'la di Deir al-Balah, di mana dia harus menyewa sebidang tanah tandus seluas 150 meter persegi dengan biaya 250 dolar AS (1 dolar AS = Rp16.391) per bulan untuk mendirikan tenda.
Perjalanan itu sendiri menghabiskan biaya tambahan sebesar 500 dolar AS. "Tidak ada kebutuhan dasar kehidupan di sini," katanya. "Tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada makanan, dan tidak ada yang bisa melindungi kami dari teriknya matahari."
Organisasi-organisasi lokal dan internasional telah menyuarakan keprihatinan yang semakin meningkat atas situasi kemanusiaan yang memburuk di wilayah tersebut. Otoritas Pertahanan Sipil Gaza memperingatkan bahwa banyak orang yang masih terjebak karena luka-luka, penyakit, atau usia, sehingga membahayakan nyawa mereka.
"Proses pengungsian tidak dapat diakses oleh semua orang, dan mereka yang ditinggalkan terekspos pada bahaya besar," kata Mahmoud Basal, juru bicara otoritas itu, kepada Xinhua.